Jumat, 02 November 2012

Membangun Sikap Toleransi Dan Mau Berbagi Pada Anak

Oleh : Indri Ariyanti, S.Psi
(ARUTALA Konseling Psikologi & Pengembangan SDM)

Anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Orang tua sebagai bagian yang paling dekat dengan anak harus bisa memberikan informasi atau pendidikan yang benar supaya anak bisa memiliki sifat sifat yang baik untuk kehidupannya.
Saat masa kemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis di mulai dari pekembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. Lonjakan perkembangan ini terjadi saat anak berusia 0-8 tahun, dan lonjakan perkembangan ini tidak akan terjadi lagi di periode selanjutnya. Saat perkembangan anak khususnya saat perkembangan dini, orang tua harus betul  betul menjadikannya sebagai perhatian khusus, karena hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang.
Sikap toleransi dan mau berbagi pada anak, perlu ditanamkan sejak dini, karena di dalam kehidupan keluarga atau sosialnya sifat sifat itu sangat diperlukan. Contoh sikap tolerasi adalah pemaaf. Orang tua harus menanamkan sikap sikap lembut kepada anak, sehingga ketika anak melakukan kesalahan, anak berani bertanggungjawab dan meminta maaf, demikian juga sebaliknya, apabila di dalam pergaulannya ada kesalahan yang dilakukan oleh saudaranya atau teman temannya maka anak juga mau memaafkan kesalahan mereka. Anak juga harus memiliki sifat mau berbagi yaitu sifat sifat murah hati yang dilakukan anak kepada lingkungan sekitarnya yang membutuhkan, baik kepada keluarganya maupun kepada orang lain. Guna mendukung hal tersebut berikut adalah beberapa hal yang harus di perhatikan orang tua.

Berilah Contoh
Cara yang terbaik untuk mengajari anak untuk lebih bermurah hati dan pemaaf adalah dengan memberi contoh. Jadi jangan segan-segan untuk berbagi coklat atau ice cream dengannya, tawarkan pertolongan ketika dia sulit memakai sepatu, jika orang tua melakukan kesalahan dalam sikap atau tutur kata langsung meminta maaf dsb. Jadi, sikap itu memang terlihat oleh si anak dari hal-hal yang orang tua lakukan terhadapnya, sehingga dia merasakan betul enaknya dia di bagi ice cream oleh mamahnya, betapa jadi mudah menggunakan sepatu setelah di bantu oleh mamahnya dll. Kemudian ketika di dalam keluarga kita memiliki beberapa anak, ajarkan hal tersebut kepada anak anak anda untuk saling berbagi atau saling meminta maaf, sehingga hal itu menjadi kebiasaan di dalam keluarga. Berilah pujian kepada anak apabila melakukan sikap sikap tersebut.

Pilih tontonan anak yang memberi contoh bagus
Media informasi saat ini salah satunya adalah Televisi banyak menyuguhkan cerita cerita yang kadang kurang pas kalau di lihat oleh anak anak. Tayangan tayangannya banyak yang kurang mendidik, biarpun itu cerita anak anak, sehingga kadang orang tua melakukan tindakan dengan menyingkirkan telivisi dari rumah. Kadang sikap itu kurang bijaksana karena masih ada tayangan tayangan yang bisa dinikmati oleh anak anak, yaitu program program yang berhubungan dengan toleransi dan mau berbagi kepada orang lain yang tentunya dalam pengawasan dan bimbingan orang tua. Misalnya saja tayangan yang memberi pertolongan kepada orang yang kurang mampu,kisah petualangan dimana untuk makan mereka harus berbagi, itu akan menumbuhkan rasa kasih sayang bagi anak untuk mau berbagi dengan orang lain atau orang yang membutuhkan. Media Internet juga banyak menyajikan hal hal yang kurang penting tetapi sangat diminati oleh anak anak seperti game, sehingga orang tua harus selektif dan mengikuti perkembangan jaman sehingga dapat mendampingi anak dalam menggunakan tehnologi yang ada. Bagaimanapun juga sudah menjadi tuntutan jaman bahwa anak sekarang harus melek tehnologi, tetapi harus terarah dan positif.

Cerita pengantar tidur anak
Sejak zaman nenek moyang kita, cerita sering digunakan sebagai pengantar tidur dan sarana kelekatan emosi. Beberapa fungsi atau kekuatan dari cerita, diantaranya adalah :
1. Mengontrol perilaku
Cerita dapat memiliki efek untuk mengontrol perilaku anak. Itulah mengapa cerita sering digunakan sebagai media untuk menumbuhkan kedisiplinan pada anak, menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain, dan efek lainnya pada perilaku.
2. Membangkitkan emosi
Cerita memiliki kekuatan dalam memegang peranan untuk membangkitkan emosi anak. Seperti cerita humor yang memiliki kekuatan untuk membuat orang lain tertawa terbahak-bahak, cerita horor yang membuat orang bergidik karena takut, serta cerita mengenai kisah-kisah dramatis kehidupan seseorang yang mampu membuat mata berkaca-kaca karena tersentuh dan terharu. Cerita peri yang baik hati dan suka menolong, membuat perasaan gembira .
3. Memberi inspirasi 

Cerita yang berisi pengalaman pribadi seseorang, mengenai bagaimana ia mengatasi permasalahan, melewati kesulitan, dan bertahan dalam tekanan yang berat, dan juga buah dari perbuatan baik kepada orang lain dapat memberikan inspirasi bagi anak yang mendengarkan cerita tersebut.
Perkembangan anak adalah tanggungjawab orang tua, ibarat kertas polos, maka tugas orangtualah yang harus menuliskan di dalam kertas itu hal hal yang baik. Perkembangan jaman yang sedemikan pesat ini jangan sampai membuat generasi muda kita semakin cuek, egois, mau menangnya sendiri dan tidak ada toleransi kepada orang lain. Hal yang paling utama dan mendasar yang perlu ditanamkan orang tua kepada anak adalah pendidikan moral. Kasih sayang dan perhatian yang ditunjukkan orang tua kepada anak akan sedikit banyak menjadi perilaku yang ada dalam diri anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar