Pada tahun 2012 ini Badko TPQ Jawa Tengah gencar menggalakkan berdirinya
PAUD berbasis Al Qur’an atau yang sering disebut dengan PAUD TPQ. Apa
sebenarnya dan bagaimana pengelolaan PAUD TPQ itu sebenarnya, pada rubrik manajemen
ini sekilas kita akan menengok tentang PAUD TPQ itu.
Usia emas
Usia dini merupakan masa yang snagat penting dalam
keseluruhan tahap perkembangan manusia. Pada masa itu terjadi lonjakan
perkembangan anak yang tidak terulang pada periode berikutnya sehingga para
ahli menyebutkan sebagai usia emas perkembangan. Oleh karena itu pembentukan
dasar dasar keimanan dan ketaqwaan, serta karakter, sangat tepat jika dilakukan
sejak dini. Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut setiap anak
membutuhkan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan nilai nilai yang akan
dikembangkan, tahap perkembangan, dan potensi masing masing anak.
PAUD TPQ adalah bentuk bentuk pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan non formal yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
Lahirnya program PAUD berbasis TPQ antara lain didorong oleh
tumbuhnya kesadaran dan gerakan pendidikan berbasis Al – Qur’an, terutama dalam
bentuk TKA/TPA/TPQ yang dimotori oleh berbagai lembaga/organisasi keagamaan
islam maupun remaja/ta’mir masjid.Gerakan TPQ ini mendapat sambutan antusias
dari masyarakat sehingga peserta tidak hanya usia anak usia sekolah tetapi juga
anak anak usia pra sekolah.
Berdasarkan semangat tersebut, muncullah program PAUD
berbasis TPQ dalam rangka memperkuat lembaga pendidikan Al – Qu’an yang sudah
berjalan dengan menggabungkan penyelenggaraan PAUD dengan pendidikan Al-Qur’an
(TPQ) yang sudah ada sehingga hasilnya lebih optimal.
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam program PAUD TPQ
didasarkan pada prinsip prinsip berikut:
1.
Mendasarkan pada nilai
nilai Al-Qur’an dan Hadist
Kegiatan pembelajaran dilandaskan pada tuntunan Al –Qur’an dan Hadist.
2.
Berorientasi pada kebutuhan
anak
Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama, seperti
kebutuhan fisik, rasa aman, dihargai, tidak dibeda bedakan dan lain lain. Anak
tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman, lingkungan
tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidiknya atau temannya.
3.
Kegiatan belajar dilakukan
melalui bermain
Pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Melalui bermain
anak belajar tentang : Konsep konsep aqidah, ibadah, kreatifitas, bahasa,
social, dan lain lain. Selama bermain anak anak mendapatkan pengalaman untuk
mengembangkan nilai nilai Islami, fisik/motorik, kognitif, bahasa, social
emosional, dan seni.Pembentukan kebiasaan yang baik seperti disiplin, sopan
santun, dan lainnya dikenalkan dengan cara yang menyenangkan.
4.
Anak sebagai pembelajar
aktif
Dalam proses pembelajaran, anaka merupakan subjek/pelaku kegiatan dan
pendidik merupakan fasilitato.Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar,
mempunyai banyak ide, dan tidak bisa berdiam dalam jangka waktu yang lama. Oleh
sebab itu pendidik harus menyediakan berbagai alat, member kesempatan untuk
memainkan berbagai alat main dengan berbagai cara, dan memberikan waktu kepada
anak untuk mengenal lingkungannya dengan caranya sendiri. Pendidik juga harus
memahami dan tidak memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas yang
dilakukan dalam waktu yang lama.
5.
Merangsang semua aspek
perkembangan anak secara utuh dan terpadu
Program pembelajaran dan kegiatan anak yang dikembangkan pendidik
seharusnya ditujukan untuk mencapai kematangan semua aspek perkembangan yang mencakup
pembinaan akhlaqul karimah, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa,
dan estetika yang berguna bagi pendidikan selanjutnya dan kehidupan mereka
kelak.
6.
Mengembangkan kecakapan
hidup anak
Kecakapan
hidup merupakan suatu ketrampilan yang perlu dimiliki anak melalui pengembangan
karakter. Karakter yang baik dapat dikembangkan dan dipupuk sehingga menjadi
modal bagi masa depannya kelak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak
menjadi mandiri, tekun, bekerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, dan mampu
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Untuk itu pendidik harus percaya
bahwa anak mampu melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.
Semua program pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip diatas, dirancang dan diselenggarakan:
a.
Secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang dan mendorong kreatifitas serta kemandirian
anak
b.
Sesuai dengan tahap
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta kebutuhan dan kepentingan
terbaik anak
c.
Dengan memperhatikan
perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing masing anak
d.
Dengan memperhatikan latar
belakang ekonomi, social, dan budaya anak
Tempat
belajar
PAUD berbasis TPQ diselenggarakan
dengan menggunakan fasilitas keagamaan islam seperti masjid, musholla, surau,
langgar, atau fasilitas keagamaan lainnya seperti madrasah, pondok pesantren
dan sejenisnya.
Demikian uraian singkat tentang PAUD
TPQ semoga bisa menjadi inspirasi bagi ustadz maupun ustadzah.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar