Jumat, 01 Maret 2013

Mengajarkan Bahasa “Sayang” Kepada Anak


Lisda Farkhani, S.Psi
 “ya memang terkadang harus dikatakan bi, toh berkata khan gratis,”kataku pada abinya anak-anak malam itu. Kami mendiskusikan komentar si kecil yang menyeletuk menjelang tidur tadi,”abi juga jarang bilang sayang.” Komentar itu muncul sesaat menjelang mereka tidur. Kegiatan rutin malam hari dirumah adalah mengingatkan dan menemani mereka dari gosok gigi, wudhu kemudian berdo’a saat mau tidur. Dan tidak lupa untuk sekedar menanyakan perasaan mereka sehari ini, kemudian mengusap dan mencium mereka sambil mengatakan “abi umi sayang dengan kakak, dan semua saling menyayangi.” Dan biasanya saat seperti ini akan muncul banyak cerita dari mereka. Salah satunya malam  ini setelah kakak bercerita ada teman yang bilang tidak usah pake sayang-sayang. Hingga akhirnya muncul komentar adik bahwa abinya juga jarang mengatakan kata sayang. Spontan wajah abi berubah saat mendengar komentar adik, meski tadi kakaknya segera menyahut kalau abi sayang karenasering mengajak mereka jalan-jalan. Dan setelah mereka tidur, kami mendiskusikannya. Yang disampaikan anak-anak tidaklah seratus persen salah, karena abinya memang bukan orang yang mudah mengungkapkan perasaan dengan berkata-kata. Berbeda dengan aku  yang bahkan kata tetangga menyebutnya dengan lebay karena terlalu sering mengatakan sayang bahkan saat memanggil merekapun dengan adik hebat, kakak cantik, mas pintar, mbak sholihah dll.
Abi umi rasanya kejadian seperti cerita diatas pernah pula kita alami. Saat dimana bunayya menyadarkan kepada kita bahwa mungkin kita jarang mengungkapkan rasa sayang dalam bentuk kalimat. Meskipun sebenarnya tentulah tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya.
Sebagaimana kita ketahui salah satu hal yang penting dalam proses pendidikan anak adalah mengajarkan arti nilai cinta dan kasih sayang. Dan rasanya semua orang tua sepakat dengan hal tersebut. Hanya tentunya yang menjadi masalah adalah bagaimana cara kita mengajarkannya kepada bunayya.
Menurut teori seorang manusia menjadi bisa karena proses belajar. Dan munculnya kemampuan pada diri seseorang karena dilatih dan dibiasakan. Terlebih pada periode kanak-kanak. Mereka mempunyai pengetahuan  karena belajar dengan melakukan proses imitasi atau mencontoh perlakukan lingkungan.
Demikian pula halnya saat menanamkan  nilai cinta kasih sayang kepada bunayya. Pada periode kanak-kanak mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang dalam bentuk kata-kata sangatlah diperlukan. Karena mereka baru belajar memahami sesuatu dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan secara nyata.
Hanya saja terkadang  masih ada yang berpendapat bahwa yang penting bukti nyata dari rasa sayang bukan sekedar kata-kata. Atau juga ada yang berpendapat bahwa lebih baik bertanggung jawab dengan sepenuhnya dari pada sekedar berucap kata sayang.  Bahkan mungkin masih ada merasa malu dan sungkan untuk menyatakan rasa sayangnya dalam bentuk kata-kata.
Cinta dan kasih sayang akan menghadirkan kedamaian dalam kehidupan. Oleh karena itu sedari kecil perlu kita tanamkan kepada bunayya. Selain itu bunayyapun perlu mengetahui bagaimana cara mengungkapkannya. Baik secara verbal maupun non verbal, dan juga secara langsung ataupun tidak langsung.
Abi umi secara umum menanamkan nilai cinta kasih sayang bermakna pada membiasakan bunayya mendapatkan perlakuan yang penuh kasih sayang. Karena secara tidak langsung bunayya akan merasakan kehangatan dan kedamaian karenanya. Sehingga merekapun akan mencontoh dan berperilaku penuh kasih sayang kepada sesama.
Hal yang perlu kita pahami terkait dengan hal diatas adalah bahwa proses penanaman nilai cinta dan kasih sayang tentunya disesuaikan dengan  tingkat usia dan periode perkembangan bunayya.
Abi umi dalam setiap proses pendidikan tentulah penting memahami perkembangan bunayya. Mengajarkan sesuatu pada anak-anak dan remaja tentulah berbeda cara. Demikian pula terkait dengan proses menanamkan nilai cinta dan kasih sayang.
Sebagai contoh pada usia kanak-kanak maka akan sangat berpengaruh bila orang tua secara rutin mengungkapkan bahasa cinta secara verbal dan non verbal secara langsung kepada bunayya. Semisal menjelang tidur, bangun tidur, sehabis sholat, saat bunayya pamitan berangkat sekolah dll. Orang tua bisa sambil mengusap kepala dan mencium kedua pipi dengan mengatakan “abi-umi sayang pada adik, adik sayang abi-umi”. Disaat seperti ini sekaligus memanjatkan do’a agar Alloh memudahkan kita dalam mendidik bunayya. Karena Dialah yang maha memudahkan. Semakin muda usia maka semakin sering pula kita mengatakannya. Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah memeluk, mengajak berdo’a bersama, memanggil atau menjawab dengan panggilan “sayang” dll. Semisal bunayya memanggil “umi” maka bisa kita jawab dengan “iya adik sayang….”
Sementara saat bunayya beranjak remaja menuju dewasa maka tentulah cara penyampaiannya akan berbeda. Semisal menjelang tidur orang tua masuk ke kamar bunayya dan menanyakan perasaannya hari ini serta tak lupa mensupport dengan kata-kata seperti “jangan lupa  berdo’a ya kak, abi-umi sayang sama kakak” sembari mengucek-ucek rambut bunayya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah saat mendapati bunayya belajar atau sedang makan dimeja, maka dari belakang orang tua mengusap kepala dan sekali waktu mencium kepala mereka. Saat seperti ini kata yang kita ucapkan singkat semisal, “alhamdulillah, adik rajin” – “ masakan umi enak kayak masakan chief khan,” Pada situasi seperti ini sentuhan dan kalimat memang terasa singkat. Tetapi kita memahami bahwa seiring perkembangan usia dan tingkat pemahaman maka tentunya pesan cinta kasih sayang yang terkandung akan tersampai.
Demikian halnya terkait dengan pengungkapan kasih sayang secara tidak langsung. Tidak ada salahnya orang tua membiasakan berkomunikasi dengan bahasa surat atau dengan menggunakan fasilitas hp yaitu sms.
Abi umi alangkah senangnya hati bunayya ketika tiba-tiba dimeja belajarnya dia temukan surat kecil dari orang tua yang berisi ungkapan kasih sayang. Hal ini bisa kita lakukan semisal saat bunayya milad atau ketika kita memberi hadiah kepada mereka. Saat memberi hadiah akan menjadi lebih bermakna bial kita bungkus dengan kertas dan diberi hiasan menarik dan kertas ucapan bertulis buat jagoan yang paling sholih,  abi-umi sayang kakak.
Hal inipun bisa kita lakukan saat berkirim sms dengan bunayya yang telah mulai beranjak dewasa. Alangkah bahagianya saat ananda membaca sms yang didalamnya ada kalimat semisal, abi-umi percaya dengan adik, hati-hati dijalan ya nak dan selalu berdo’a, love you.
Abi umi mengungkapkan cinta kasih sayang dalam bentuk sentuhan, kalimat dan perbuatan sangat mungkin untuk kita lakukan atau justru gratis. Hal tersebutpun akan membawa dampak yang luar biasa bagi bunayya. Dengan terinternalisasikannya nilai cinta kasih sayang maka bunayya akan menjadi sosok pribadi menyenangkan yang berjiwa yang santun penuh kasih kepada sesama.
Bukankah Rosululloh telah mengajarkan bahkan dari hal yang sederhana bagaimana beliau memanggil ‘Aisyah dengan ya khumaira? Sebuah teladan simpel yang sarat akan makna dan penuh hikmah, karena cinta dan kasih sayang mengiringinya.
Wallahu a’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar