Lisda Farkhani, S.Psi
“ya memang terkadang harus dikatakan bi, toh
berkata khan gratis,”kataku pada abinya anak-anak malam itu. Kami mendiskusikan
komentar si kecil yang menyeletuk menjelang tidur tadi,”abi juga jarang bilang
sayang.” Komentar itu muncul sesaat menjelang mereka tidur. Kegiatan rutin malam
hari dirumah adalah mengingatkan dan menemani mereka dari gosok gigi, wudhu kemudian
berdo’a saat mau tidur. Dan tidak lupa untuk sekedar menanyakan perasaan mereka
sehari ini, kemudian mengusap dan mencium mereka sambil mengatakan “abi umi
sayang dengan kakak, dan semua saling menyayangi.” Dan biasanya saat seperti
ini akan muncul banyak cerita dari mereka. Salah satunya malam ini setelah kakak bercerita ada teman yang
bilang tidak usah pake sayang-sayang. Hingga akhirnya muncul komentar adik
bahwa abinya juga jarang mengatakan kata sayang. Spontan wajah abi berubah saat
mendengar komentar adik, meski tadi kakaknya segera menyahut kalau abi sayang
karenasering mengajak mereka jalan-jalan. Dan setelah mereka tidur, kami
mendiskusikannya. Yang disampaikan anak-anak tidaklah seratus persen salah,
karena abinya memang bukan orang yang mudah mengungkapkan perasaan dengan
berkata-kata. Berbeda dengan aku yang
bahkan kata tetangga menyebutnya dengan lebay karena terlalu sering mengatakan
sayang bahkan saat memanggil merekapun dengan adik hebat, kakak cantik, mas
pintar, mbak sholihah dll.
Sebagaimana
kita ketahui salah satu hal yang penting dalam proses pendidikan anak adalah
mengajarkan arti nilai cinta dan kasih sayang. Dan rasanya semua orang tua
sepakat dengan hal tersebut. Hanya tentunya yang menjadi masalah adalah
bagaimana cara kita mengajarkannya kepada bunayya.
Menurut
teori seorang manusia menjadi bisa karena proses belajar. Dan munculnya kemampuan
pada diri seseorang karena dilatih dan dibiasakan. Terlebih pada periode
kanak-kanak. Mereka mempunyai pengetahuan
karena belajar dengan melakukan proses imitasi atau mencontoh perlakukan
lingkungan.
Demikian
pula halnya saat menanamkan nilai cinta
kasih sayang kepada bunayya. Pada periode kanak-kanak mengungkapkan rasa cinta
dan kasih sayang dalam bentuk kata-kata sangatlah diperlukan. Karena mereka
baru belajar memahami sesuatu dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan
secara nyata.
Hanya
saja terkadang masih ada yang
berpendapat bahwa yang penting bukti nyata dari rasa sayang bukan sekedar
kata-kata. Atau juga ada yang berpendapat bahwa lebih baik bertanggung jawab
dengan sepenuhnya dari pada sekedar berucap kata sayang. Bahkan mungkin masih ada merasa malu dan
sungkan untuk menyatakan rasa sayangnya dalam bentuk kata-kata.
Cinta dan
kasih sayang akan menghadirkan kedamaian dalam kehidupan. Oleh karena itu
sedari kecil perlu kita tanamkan kepada bunayya. Selain itu bunayyapun perlu
mengetahui bagaimana cara mengungkapkannya. Baik secara verbal maupun non
verbal, dan juga secara langsung ataupun tidak langsung.
Abi umi secara
umum menanamkan nilai cinta kasih sayang bermakna pada membiasakan bunayya
mendapatkan perlakuan yang penuh kasih sayang. Karena secara tidak langsung bunayya
akan merasakan kehangatan dan kedamaian karenanya. Sehingga merekapun akan
mencontoh dan berperilaku penuh kasih sayang kepada sesama.
Hal yang
perlu kita pahami terkait dengan hal diatas adalah bahwa proses penanaman nilai
cinta dan kasih sayang tentunya disesuaikan dengan tingkat usia dan periode perkembangan
bunayya.
Abi
umi dalam setiap proses pendidikan tentulah penting memahami perkembangan bunayya.
Mengajarkan sesuatu pada anak-anak dan remaja tentulah berbeda cara. Demikian
pula terkait dengan proses menanamkan nilai cinta dan kasih sayang.
Sebagai
contoh pada usia kanak-kanak maka akan sangat berpengaruh bila orang tua secara
rutin mengungkapkan bahasa cinta secara verbal dan non verbal secara langsung
kepada bunayya. Semisal menjelang tidur, bangun tidur, sehabis sholat, saat bunayya
pamitan berangkat sekolah dll. Orang tua
bisa sambil mengusap kepala dan mencium kedua pipi dengan mengatakan “abi-umi
sayang pada adik, adik sayang abi-umi”. Disaat seperti ini sekaligus
memanjatkan do’a agar Alloh memudahkan kita dalam mendidik bunayya. Karena
Dialah yang maha memudahkan. Semakin muda usia maka semakin sering pula kita
mengatakannya. Hal lain yang juga bisa dilakukan adalah memeluk, mengajak
berdo’a bersama, memanggil atau menjawab dengan panggilan “sayang” dll. Semisal bunayya memanggil “umi” maka bisa
kita jawab dengan “iya adik sayang….”
Sementara
saat bunayya beranjak remaja menuju dewasa maka tentulah cara penyampaiannya
akan berbeda. Semisal menjelang tidur
orang tua masuk ke kamar bunayya dan menanyakan perasaannya hari ini serta tak
lupa mensupport dengan kata-kata seperti “jangan lupa berdo’a ya kak, abi-umi sayang sama kakak”
sembari mengucek-ucek rambut bunayya. Hal lain yang dapat dilakukan adalah saat mendapati bunayya belajar atau sedang
makan dimeja, maka dari belakang orang tua mengusap kepala dan sekali waktu
mencium kepala mereka. Saat seperti ini kata yang kita ucapkan singkat semisal,
“alhamdulillah, adik rajin” – “ masakan umi enak kayak masakan chief khan,”
Pada situasi seperti ini sentuhan dan kalimat memang terasa singkat. Tetapi
kita memahami bahwa seiring perkembangan usia dan tingkat pemahaman maka
tentunya pesan cinta kasih sayang yang terkandung akan tersampai.
Demikian
halnya terkait dengan pengungkapan kasih sayang secara tidak langsung. Tidak
ada salahnya orang tua membiasakan berkomunikasi dengan bahasa surat atau
dengan menggunakan fasilitas hp yaitu sms.
Abi
umi alangkah senangnya hati bunayya ketika tiba-tiba dimeja belajarnya dia
temukan surat kecil dari orang tua yang berisi ungkapan kasih sayang. Hal ini
bisa kita lakukan semisal saat bunayya milad atau ketika kita memberi hadiah
kepada mereka. Saat memberi hadiah akan menjadi lebih bermakna bial kita
bungkus dengan kertas dan diberi hiasan menarik dan kertas ucapan bertulis buat jagoan yang paling sholih, abi-umi sayang kakak.
Hal
inipun bisa kita lakukan saat berkirim sms dengan bunayya yang telah mulai
beranjak dewasa. Alangkah bahagianya saat ananda membaca sms yang didalamnya
ada kalimat semisal, abi-umi percaya
dengan adik, hati-hati dijalan ya nak dan selalu berdo’a, love you.
Abi umi
mengungkapkan cinta kasih sayang dalam bentuk sentuhan, kalimat dan perbuatan
sangat mungkin untuk kita lakukan atau justru gratis. Hal tersebutpun akan
membawa dampak yang luar biasa bagi bunayya. Dengan terinternalisasikannya
nilai cinta kasih sayang maka bunayya akan menjadi sosok pribadi menyenangkan
yang berjiwa yang santun penuh kasih kepada sesama.
Bukankah
Rosululloh telah mengajarkan bahkan dari hal yang sederhana bagaimana beliau
memanggil ‘Aisyah dengan ya khumaira? Sebuah teladan simpel yang sarat akan
makna dan penuh hikmah, karena cinta dan kasih sayang mengiringinya.
Wallahu
a’lam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar